Minggu, 02 Desember 2012

Masa Depan Pemuda Islam


Pemuda adalah agen perubahan (Agent Of Change). Banyak catatan sejarah yang mengungkapkan bahwa perubahan selalu melibatkan pemuda. Semangat yang dimilikinya memang luar biasa, namun semangat yang dimilikinya itu bisa saja diarahkan pada kebaikan mau pun keburukan.

Rasulullah SAW banyak merekrut pemuda-pemuda pada masanya, yang mana peran pemuda itu sangat penting dalam perjuangan dakwah Rasulullah SAW. Pemuda-pemuda yang menjadi pejuang islam tersebut menemani dakwah Rasulullah dari beliau di makkah, dimana kaum muslimin saat itu mengalami masa-masa tersulit, diantaranya disiksa, dibunuh, bahkan diboikot oleh Kafir Quraisy, namun pemuda-pemuda ¨pertama¨ Islam itu tetap tegar menemani dakwah Islam.

Tercatat dalam tinta emas sejarah islam, nama-nama pemuda yang dalam usia belianya sudah mengazamkan (meneguhkan) diri menjadi pejuang islam, yang sangat sulit kita bandingkan dengan pemuda pada abad ini. Lihat saja sahabat Nabi yang bernama Zubeir bin Al-Awwam yang pada usia 15 tahun sudah menjadi mujahid dan juru dakwah, apalagi beliau terkenal sebagai teman diskusi rasulullah SAW. Lihat juga Thalhah bin Ubaidillah, yang usia yang masih 16 tahun sudah menjadi mujahid dan yang lebih dahsyat lagi, beliau juga tercatat sebagai donatur dari perjuangan dakwah rasulullah SAW. Lihat juga SaƔd bin Abi Waqash yang pada usia 16 tahun sudah turut serta dalam perang uhud, dia tercatat sebagai darah pertama yang mengalir dalam perang itu. Lihat Zaid bin Tsabit, anak kecil ini merengek ingin ikut dalam perang badar, namun tidak diizinkan oleh Rasulullah SAW karena usianya waktu itu masih 12 tahun. Subhanallah...

Lihat juga kisah muhammad Al-Fatih, kisah yang melegenda ini adalah contoh dari seorang pemuda berusia 23 tahun, namun berhasil menaklukkan negara adidaya waktu itu yaitu Konstantinopel. Beliau sejak kecil bermimpi menjadi penakluk Konstantinopel yang mana hal itu sudah dijanjikan oleh rasulullah SAW(1) dan sudah dicoba oleh para Khalifah, namun selalu belum berhasil. Beliau adalah pemuda yang menjadi pemimpin terbaik yang memimpin pasukan-pasukan terbaik(2). Luar biasanya lagi, beliau sejak baligh tidak pernah meninggalkan shalat rawatib dan tahajud, dan ini juga berlaku pada 20.000 pasukannya. Subhanallah...

Jika pada masa awal-awal hingga abad 17, pemuda selalu menjadi ujung tombak perjuangan islam, namun sejak abad 18, para pemuda justru teracuni dengan paham-paham barat. Mereka lebih bangga dengan ikatan nasionalismenya dibandingkan dengan ikatan islamnya. Mereka lebih bangga pada ke-turkia-nnya atau ke-arab-annya dari pada ke-muslim-annya. Virus-virus perpecahan inilah yang didoktrinkan pada pemuda muslim waktu itu. Sehingga umat islam pada waktu itu mudah sekali dipecah-pecah oleh imperialis barat, yang kemudian berujung pada keruntuhan Khilafah pada 3 Maret 1924 M.

Selain merusak ideologinya, barat (baca: imperialis, kapitalis) juga merusak dalam hal budaya. Yaitu dengan merusak pemudinya, dengan mendoktrinkan paham-paham ¨kebebasan¨ seperti feminisme dan kesetaraan gender, sehingga ketika para pemudi islam sudah melepas kerudungnya dan jilbabnya, maka saat itulah moral pemuda rusak dibuatnya. Sehingga memperparah rusaknya umat islam waktu itu, dan menyulitkan usaha untuk menegakkan Khilafah lagi.

Kerusakan pemuda itu tetap dijaga hingga kini. Berbagai cara digunakan barat untuk merusak pemuda islam. Misalnya menerapkan kurikulum yang memisahkan agama dari kehidupan, media televisi, koran, majalah, tabloid yang terus menerus mengkampanyekan kerusakan. Masa muda selalu dikaitkan dengan santai-santai, bersenang-senang, pacaran, dll. Klub-klub malam semakin menjamur diberbagai tempat dengan tawaran yang menggiurkan pagi pemuda dan pemudi yang kurang iman. Ditambah lagi dengan pencitraan yang buruk pada pemuda-pemuda pejuang islam dengan sebutan teroris, extrimis, fundamentalis, rasikal, dll. Lengkaplah sudah penjagaan terhadap rusaknya pemuda, sehingga pemuda-pemuda saat ini sangat sulit untuk diajak memperjuangkan islam. Jangankan untuk berdakwah, dalam hal seringan shalat saja mereka sudah banyak yang meninggalkan tanpa merasa bersalah. Lahaula wala quwwata illa billah...

Lalu bagaimana solusinya untuk mengembalikan lagi pemuda islam pada posisinya? Solusi paling dekat adalah dengan terus mendekati mereka dan mendakwahi mereka, terutama secara personal. Kedua, ajarkan kepada mereka tentang aqidah yang berlandaskan akal sehat, ajak mereka berpikir tentang dari mana kehidupan, untuk apa kehidupan, dan apa yang akan terjadi setelah kehidupan. Sentuh pemikrian mereka terlebih dahulu dan jangan sentuh pada aspek fiqh. Setelah itu ajaklah mereka untuk memikirkan problematika umat islam, mulai dari dirinya, lingkungannya, dan kaum muslimin secara umum didunia ini. Diskusikan tentang solusi dari semua masalah itu dari aspek aqidah islamiyah. Jika ini berhasil, maka percayalah dia akan lebih mudah untuk diajak bergabung bersama barisan dakwah ini.

Dari kumpulan para pemuda-pemuda yang tercerahkan dengan islam tadi terbentkalah mesin-mesin revolusi yang akan menjadi penggerak revolusi menuju tegaknya lagi Khilafah Islamiyah. Tentu saja dengan tidak dakwah pada ahlul quwwah (pemilik pengaruh/kekuatan) seperti Tokoh masyarakat dan militer, sehingga revolusi nanti akan berjalan dengan damai. Amin ya rabbal alamin..
.
sumber : http://www.save-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar